Monday, August 30, 2010

Cuplikan dari maha karya Hisani Bent Soe

Cuplikan dari maha karya Hisani Bent Soe

Novel “Pengikat Surga”
Bab ke-50

“Akhirnya Benang Terurai”

Tatapannya begitu lembut pada wanita yang diidam-idamkannya. Kelembutan yang hanya aku lihat jika ia menatap wanita itu. Ia mengaguminya sejak wanita itu masih terikat pernikahan dengan lelaki hebat lainnya. Gelora conta selalu jelas terlihat dari tingkahnya, dari samara-samar gumam ayah anak-anakku ini bahwa dia harus memilikinya.
Gelora cinta yang tumbuh jauh sebelum ayah Abdullah, Urwah dan Mundzir terpesona dengan puisi-puisi kematian kakakku dilantunkan wanita idaman penuh pesona. Wanita itu pernah menjadi kakak iparku dan kini ia menjadi maduku.
Bagaimanakah aku dapat bersikap yang terbaik pada suamiku? Api cemburu kini membakarku hingga aku merasa bahwa mahligai cintaku dengannya tidaklah semenggelegar semangat kami memperjuangkan tauhid.
Pernikahan kami adalah komitmen kokok, ikatan penyangga dakwah. Selalu ada untaian kekaguman yang aku miliki untuknya. Kelebatan-kelebatan peristiwa lampau adalah kenangan mendalam yang mengokohkan kekagumanku. Aku tak akan bisa membencinya.
Ya, sekarang aku telah mencapai tahapan itu bahwa aku tak akan pernah bisa membencinya.
***
Saat aku duduk di tepi jendela, membayangkan kebahagiaan Ruqayyah dengan Utsman sang pemilik dua cahaya, bayangan itu aku tepis kuat-kuat. Aku tak boleh membandingkan suamiku dengan siapapun. Membandingkan ia dengan lelaki hebat manapun sama saja dengan merusak semuanya.
Ketakutanku akan rusaknya kenangan-kenangan yang teramat indah bersamanya, membuatku berpikir inilah saat terbaik menceritakan kepahlawanannya.
Ada atau tidak ada kesalahan yang dibuatnya, Bunda Shafiyyah mengatakan banyak hal dengan pukulan. Jika ia menangis karena kesakitan, Rasulullah akan membelainya penuh kasih, merawat luka-luka pukulan itu hingga sembuh.
Tetapi jika orang-orang mencela Bunda Shafiyyah karena caranya mendidiknya, ia membela bundanya. Ia tak pernah berhenti membela bundanya. Ia selalu berkata, ”Bundaku mencintaiku. Ini bukan pukulan kebencian. Bukan pukulan kejahatan. Bundaku ingin aku menjadi orang yang kuat, tidak cengeng”. Maka berderailah Bunda Shafiyyah mendengar pembelaan putra terkasihnya. Memeluknya dengan penuh cinta.
Pukulan-pukulan itu terhenti tatkala Bunda Shafiyyah dibuat terpana oleh keberaniannya. Pedang terhunus di leher Abu Jahl yang tiada henti menyakiti Rasul dan pengikutnya. Ialah yang pertama kali menghunus pedang membela kebebasan berkeyakinan. Membela tauhid. Ia yang masih sangat belia menyatakan dengan lantangnya. ”Siapa yang berani menyakiti Rasulullah harus menghadapiku. Siapa yang tak memberi kebebasan menjalankan ibadah harus melangkahi mayatku”. Ia adalah Hawari Rasulullah, sahabat setia terkasih.
Ayahku mengaguminya. Bakat berniaga juga sangat menonjol darinya. Ayahku tak perlu bersusah payah menularkan kepiawaian berdagang padanya. ”Ia berjiwa pedagang tulen”. Bakat yang boleh jadi mengalir dalam klan Khuwailid. Ayahnya, Al ’Awwam Ibn Khuwailid, adalah saudara kandung Khadijah, Sang Wanita Suci, konglomerat ternama Mekkah.
Aku melihat binar ketulusan dan perjuangan dari matanya. Az Zubayr, suamiku, memperlakukan aku dengan sangat baik. Doa keberkahan atas pernikahan kami benar-benar mujarab. Aku merasakan hidup penuh keberkahan dengannya. Kami dapat berdiskusi banyak hal, mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an bersama-sama.
Aku ingat di malam itu, kami membincang strategi melakukan hijrah bersamanya dan ibunya. Perbincangan menarik yang semakin memperlihatkan kecerdasannya dalam berstrategi. Bincang yang semakin menegaskan keperkasaannya. Perbincangan yang memantik gelora dasyat dalam diriku untuknya. Gelora yang dengannya terlahir Abdullah.
”Ah, Zubayr, kau memberikan padaku segalanya. Menanamkan benih-benih hebat pejuang tauhid. Mengokohkanku dengan lakon-lakon pengorbanan tulus dalam setiap desah nafasmu. Kau memberikan segalanya. Kecuali cinta yang bergelora. Az, Zubayr, suamiku, jenis cinta apakah yang kau miliki untukku?”
Dalam kecamuk pertempuran Badr, aku mendekati medan Badr. Sosokmu yang lincah di medan tempur mudah dikenali. Ketika aku menyelasari medan Badr semakin ke barat, aku kembali melihat sosokmu dengan sangat jelas. Ketika aku menaiki bebatuan yang lebih tinggi, aku melihat puluhan pria yang bertempur laksana engkau. Bagaimana mungkin? Aku menatap langit, ada cahaya terang benderang turun ke medan Badr semakin jelas dan semakin jelas. Tatkala cahaya itu menyentuh bumi, ia menjadi berwujud manusia, cahaya itu menjadi berwajah engkau. Ada puluhan malaikat dalam medan Badr yang menyerupaimu. Suamiku, lelaki malaikat....
Suatu pagi, beberapa saat setelah musibah pertempuran Uhud, Aisyah mengetuk pintu rumahku dengan sangat bersemangat.
”Asma, wahai wanita bersabuk dari surga, wahai putri ayahku, dengarkanlah ayat ini!
”Mereka amat girang dengan nikmat dari Allah dan karunia-Nya. Sungguh Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang beriman itu, yaitu mereka yang dengan sigap melaksanakan perintah Allah dan Rasul, padahal baru saja mereka ditimpa luka mendalam (di perang Uhud). Bagi mereka yang telah melakukan yang terbaik dan bertaqwa ada pahala yang amat besar....”(Ali Imran 172:178)
Aisyah mendekatkan bibirnya di telingaku. Membisikkan penuh cinta kalimat sakti. ”Suamimu termasuk mereka! Mereka yang akan selalu girang dan bahagia....”
Peristiwa Uhud berkelebat hebat. Aku mengingatnya. Shafiyyah, sang bunda tengah memandangi jasad singa Allah, Hamzah, yang dadanya terkoyak, ketika Rasulullah memerintahkan, ”Kejar pasukan Mekkah!” Saat itu tak ada seorangpun yang bebas dari luka tebasan pedang. Energi terkuras habis. Sebagian, termasuk engkau, terkuras energi karena mati-matian melindungi Rasulullah. Sebagian lain kehabisan energi karena rumor syahidnya Rasulullah. Rasulullah kembali berkata. ”Siapa yang akan pergi menjejaki pasukan Mekkah?” Suamiku berdiri tegak bersama tujuh puluh orang lainnya. Sebelum ia pergi bersama pasukan, aku mendekatinya. Membalut luka tangan kanannya.
”Oh, Zubayr, suamiku, engkau lelaki yang sepak terjangmu dibincang kitab dari langit. Engkau termasuk lelaki yang dibincang Al-Qur’an”.
***
Saat indah duduk di tepi jendela, mengenang lakon-lakon perjuangannya yang mewarnai dan membentuk hidupku, kuakhiri dengan suara terbukanya pintu kamarku. Aku bangkit dari dudukku. Ia datang. Tanpa senyum.
Beberapa minggu ini akau tak dapat berbincang baik dengannya. Suasana antara aku, ia, dan wanita idamannya, yang kini telah dalam genggamannya, sungguh memburuk, sangat memburuk. Api cemburu amat membakarku. Aku tidak bisa tidak bertanya padanya jenis cinta apa yang ia punya untukku. Aku bertanya mengapa tatapannya begitu lembut untuk Atikah Bint Zaid sang wanita idaman dan tidak ada tatapan seperti itu untukku. Aku bertanya tentang aku di hatinya. Pertanyaan yang mengusiknya. Ia tidak suka aku bertanya tentang itu semua.
Dan kini ia datang tanpa senyum. Aku menatap dalam ke matanya. Aku mebaca apa keputusannya. Abdullah putra suungku datang. Aku langsung menjerit memanggilnya. Suamiku Zubayr Ibn Awwam mengangkat suara.
”Abdullah, jika kau masuk ke kamar ini maka aku akan melepaskan ibumu!”
”Bagaimana mungkin ayah membebankan suatu rasa bersalah padaku? Bukankah ayah tetap mengurai benang yang ayah pintal dengan ibunda meski aku tak masuk ke dalam kamar?”
Az Zubayr lalu mengizinkan Abdullah masuk. Abdullah langsung mendekatiku dan menggenggam erat tanganku ketika aku mendengar lelaki yang telah hidup bersamaku 28 tahun lamanya, lelaki yang aku kagumi, lelaki sahabat setia Rasul, lelaki malaikat, lelaki yang dikabari surga, lelaki yang aku amat mencintainya, lelaki yang aku tak akan pernah bisa membencinya itu berkata padaku:
”Aku menceraikanmu.”

Tuhan,,,

Tuhan betapa aku malu

Atas semua yang Kau beri
Padahal diriku
terlalu sering
membuatMu kecewa


Entah mungkin karena ku terlena
Sementara
Engkau beri aku kesempatan
Berulang kali
Agar aku kembali


Dalam fitrahku sebagai manusia
Untuk menghambakanMu
Betapa tak ada
Apa-apanya
Aku di hadapan-Mu


Aku ingin mencintaiMu
Setulusnya
Sebenar-benar aku cinta
Dalam doa
Dalam ucapan
Dalam setiap langkahku


Aku ingin mendekatiMu
Selamanya
Sehina apapun diriku
Kuberharap untuk bertemu denganMu
Ya Rabbi

Do’a Ramadhanku tahun ini

Hehehe,,,,

Aku malu Ya Allah
Do’aku masih sekitar itu itu aja
Rasanya tak layak bagiku
Untuk memintaMu terlalu banyak


Ku ingin agar Engkau menyegerakan masa itu
Masa dimana separuh agamaku terpenuhi
Masa dimana aku mengabdikan diriku pada pendamping setia


Ya Allah
Panjang dan berliku perjalanan cinta ini
Kuatkanlah aku dengan cinta-Mu
Taburkan kesabaran yang berlimpah kepadaku
Jaga cinta ini hanya karena-Mu
Jangan biarkan cinta ini ternoda karena nafsu
Jaga niatku untuk senantiasa patuh dan tunduk pada-Mu


Tetapkan cintaku untuknya
Jangan biarkan hati ini berpaling
Meski ada yang nampak lebih baik darinya
Tapi, dia terlampau begitu baik untukku

Bukan karena dia pandai
Bukan karena dia mapan
Bukan karena dia tampan
Tapi, kesabaran dan kesetiannya
Yang membuatku kagum
Yang membuatku bertahan hingga masa berbuka itu datang


Kepatuhannya pada Ibu dan Bapaknya
Kesabarannya dalam menghadapi segala masalah
Keteguhannya dalam mempertahankan kebenaran
Itulah yang membuatku bertahan


Ya Allah
Jangan jadikan aku muslimah untung-untungan
Biarkan cinta ini mengalir
Aku tak tau
Dan aku tidak ingin bertanya
Seperti Asma bint Abu Bakar yang menanyakan cinta macam apa yang dimiliki Az Zubayr untuknya


Ah,,biarlah,,,,
Yang terbaik menurutku belum tentu yang terbaik menurut-Mu
Dan yang terbaik menurut-Mu pastilah yang terbaik untukku


Bagiku,,,
Ridho-Mu ada pada ridho orangtuaku
Dan aku yakin aku tidak salah melangkah
Birul wa idain
At least itulah niatku


Ya Rabbi
Jagalah kami dengan sebaik-baik penjagaan
Dari segala nafsu dan bisikan syetan
Tetapkan kami pada niat kami Ya Allah

Amiinnn

Kenapa Harus ada Rasa ini?

Ya Allah

Kenapa hati ini begitu kotor?
Kenapa hati ini tidak bisa memaafkan segala kesalahannya?
Aku begitu merasa jijik jika bertemu dengannya
Tak tau kenapa
Mungkin karena terlampau banyak luka yag ia torehkan padaku
Tidak hanya paa diri ini
Tapi juga pada dakwah dan masyarakat akademisi

Kenapa Engkau mempertemukanku dengannya?
Yang jika ku mengingatnya
Hanya bertambah kebencian dalam jiwa ini
Yang jika aku melihat wajahnya
Hanya bertambah kejijikan dalam kalbu ini

Ya Rabbi
Betapa jahatnya hati ini
Kenapa?
Kenapa harus ada rasa ini?
Lelah ku berusaha untuk menghapusnya
Namun, semakin bertambah banyak kejahatan yang ia perbuat
Ingin kupukul ia keras-keras
Ingin kucaci dan kumaki ia

Jijik
Jijik
Yang tak tertahankan

Astagfirullahaladzim

Ingin kulari darinya
Tak ingin ku harus bersama dalam satu wajihah
Tapi, haruskah aku pergi dan membiarkan semuanya terjadi???

TIDAK!!!
SEKALI LAGI TIDAK!!!!

Selama aku masih hidup
Selama Allah masih memberiku nikmat iman
Tidak akan pernah aku biarkan dia!!!!
Menghancurkan segala bangunan yang telah kami susun secara perlahan
Tak akan kubiarkan dia menodai perjuangan sahabat2ku
Tidak akan kubiarkan itu terjadi

Dan ingatlah wahai Mr X!!!!!

Dan ini adalah azamku!!!!!

Selama kau masih seperti ini, maka akulah lawanmu!!!!

Hingga malaikat maut menjemputku
Aku tak akan ridho

Dengan segala perbuatanmu!!!!
Tidak akan!!!!!

Wednesday, August 25, 2010

aq & hayalanku,,,

Sungguh, belum pernah kutemukan sebelumnya

Orang yang egois dan angkuh sepertiku
Silahkan anda cari di dunia ini
Siapa yang bisa menandingi keangkuhanku


Ya Allah
Aku adalah benar-benar orang yang angkuh, sombong, egois
Aku hanya asyik dengan mimpi dan hayalanku
Hayalan tingkat tinggi yang menurut banyak orang, itu tak mungkin
Hayalanku tuk menjadi seorang menteri keuangan
Duduk di pemerintahan, berpartisipasi untuk memajukan perekonomian bangsa
Atau sekadar mengambil gelar phd di Inggris
Lihatlah saudaraku, betapa egoisnya aku
Padahal, di usiaku yang tak lagi remaja
Disaat teman-teman sebayaku telah “menuai” jerihpayahnya
Aku masih bergantung pada keluargaku
Lihatlah betapa aku adalah anak yang tak berbakti
Yang hanya bisa membuat repot orang tua
Bapak harus menyelam ke sungai atau sekadar mencangkul di sawah yang tak luas
Untuk mendapatkan 20ribu rupiah per hari
Ibu yang harus bangun pagi, ke pasar
Lalu menjualnya lagi dengan berkoar koar sepanjang jalan
Tak pernah mengeluh
Atau bahkan berinisiatif untuk berhenti
Hanya untuk aku
Ya…aku dan hayalanku
Sementara aku
Apa yang aku berikan kepada mereka
Apakah gelar sarjana ekonomi telah cukup membuat mereka bangga?


Ya Allah
Betapa egoisnya aku
Manakala teman2ku sulit mencari kerja
Sementara aku menolak beragam tawaran menggiurkan
Hanya demi mimpi-mimpiku yang tak jelas itu
Apa yang sebenarnya kucari?
Harta yang melimpah dimasa depankah?
Atau gelar pahlawan di akhir hayatku?


Ya Allah
Sungguh aku benar2 pendusta
Aku ingin berbakti pada nusa bangsa dan agama
Aku ingn mengabdikan diriku untuk masyarakat
Tak ingin kulihat kemiskinan merajalela di bumi pertiwi
Tak ingin ku biarkan penderitaan ada di nusantara ini


Lihatlah saudaraku
Betapa egoisnya mimpi2ku!!
Sementara, orangtuaku masih bagian dari pada itu


Ya Allah
Kenapa musti kutempuh S2
Tak sedikit uang 15juta itu
Meski Engkau telah mengalirkan rizkiku dari seorang paman
Paman yang begitu mulia hatinya
Yang tak mungkin bisa ku hitung jasa2nya
Dia tak pernah mengeluh
Siapa aku?
Aku hanya kepnakannya
Aku bukan anaknya
Tapi dia, dia rela banting tulang
Juga untukku


Ya Allah
Muliakan hidupnya
Jauhkan dia dari adzab-Mu
Bolak balikkan hatinya, tetapi tetapkanlah dalam tali agama-Mu
Pancangkan langkahnya hanya untuk menyeru di jalanmu
Ridhoi keluarganya
Anugerahinya ia putra dan putri soleh dan solekhah
Jangan biarkan ia bersedih
Sungguh ia adalah tulang punggung keluarga kami


Ya Allah
Apakah aku akan membiarkan ini semua

Tidak!!!


Aku ingin Ya Allah
Ingin..dan ini adalah azamku!!
Ku ingin membahagiakan mereka, dunia akhirat!!!
Berkonstribusi demi tegaknya Islam di bumi pertiwi ini
Dan itu sungguh bukan tugas yang mudah
Itu impian yang sulit
Penuh pengorbanan


Sanggupkah aku Ya Rabb
Jika Engkau ridha dengan jalanku Ya Allah
Maka mudahkanlah segala urusanku
Lapangkan hatiku dengan sinar-Mu
Jangan pernah Kau padamkan bara semangat di kalbuku
Penuhilah hatiku dengan rasa syukur atas segala nikmat-Mu
Jadikanlah aku sebagai manusia yang sabar
Manusia yang senantiasa berserah diri pada-Mu
Manusia yang senantiasa setia akan cinta-Mu


Jalan S2 ini harus kutempuh
Meski itu bukanlah beasiswa
Namun kesemptan ini sungguh luar biasa
Semoga masa setelah ini akan terlihat cerah
Seperti sinar lembut sang mentari pagi
Sinar yang tak jemu memberikan manfaat


Kini ku harus bersabar
Ya..sabar adalah kuncinya



Apa yang sesungguhnya aq inginkan??

Belajar s2 atau sampai s3 di negeri orang? Lantas aku balik ke Indonesia dan aku mau menjadi apa? He..he…mungkin tak sedikit orang yang menganggap aku gila…tapi itulah aku… aku dengan kegilaankku…emmm..tapi kurasa aku tidak gila…

Aku hanya ingin menjadi seorang Ummi dan Murabbi. Murabbi bagi adik2ku, murabbi bagi anak2ku kelak…


Lantas apa yang dimaksud dg Murabbi?
Bagiku..Murabbi bukanlah hanya orang yang memiliki segudang ilmu, tapi dia juga punya attitude yang patut ditiru..ia tidak pernah menyerah atau bahkan putus asa untuk menyampaikan ayat2 Allah…ia yang selalu tersenyum dan tak pernah mempertanyaakan seberapa besar hasil pengorbanannay…ia tak ingin disanjung…justru ia berharap untuk selalu tunduk dan sujud…
Ia…dimanapun ia berada selalu memberikan manfaat kepada orang lain dan lingkungannya…ia yang selalu menangisi kebodohan umat..ia yg selalu menangisi keterbatasannya untuk tidak bias menyampaikan pesan2 ilahi secara optimal di hari2nya…ia yg selalu tersenyum di kala susah dan senang…..
Ia dengan visi dan misi yang jelas…Ummi & Murabbi…memberikan penerangan kepada para muslimah….yang selalu berusaha berbagi ilmu dg sesame muslimah..siapapun itu…itulah impianku…
Aku tak sanggup Ya Allah..kala ada seorang muslimah di IIUM yang mungkin Allah mentakdikan ia bukan bagian dari ahli ilmu…saat ia bercerita…ia atau beberapa rekan kerjanya mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari suami yang sangat dicintainya…ia yang tetap digauli saat mereka haid…oughhh sungguh menjijikkan…
Saat mereka berusaha menjelaskan kepada sang suami, mereka justru mendapat perlakuan kasar…atau kalo tidak, sang suami tidak pulang dan bermain di luar…oh…sungguh berat ujian yg mereka hadapi….bekerja sebagai cleaner di negeri orang, dg gaji yang tak seberapa…mereka harus meninggalkan anak2nya di bawah asuha sang nenek di bumi petiwi…lalu sang suami yang mereka cintai ternyata sungguh tidak menghargai usaha mereka, tidak menghormati mereka sebagai muslimah..atau bahkan sebgai seorang wanita…
Tidakkah mereka, para suami yang bejat itu, berpikir!!! Mereka lahir dari mana??? Apakah laki2 punya kesanggupan untuk mengandung & melahirkan!!! Apakah mereka tidak berpikir saat ibu mereka dulu, mempertaruhkan NYAWAnya!!!! Lalu kini, saat mereka berhadapan dg sang istri..mereka bertindak seenaknya sendiri!!!! Sungguh egois mereka!!! Mereka hanya seenaknya sendiri memuaskan hawa nafsu bejatnya!!! Lalu sang istri, harus kesakitan saat haid!!!
Meski berusaha untuk tetap menjawab dg professional…hatiku menangis..perih….berontak!!! kalo aku bias memukul, menampar & menenandang para suami2 itu, pasti aku lakukan!!! Tapi sungguh…saat aku manatap mata mereka..aku melihat ketidakberdayaan mereka sebagai seorang istri..mereka sungguh teramat mencintai suami mereka!!!

Ya Rabb..Engkau telah menciptakan hati wanita yang begitu lembut….
Tidak…aku tidak boleh berdiam diri..meski saat ini aku sendiri belum memulai babak kehidupan itu..aku dg segala kemampuanku akan membantu mereka….banyak ustadzah yg paham akan ini, namun karena mereka lebih nyaman bercerita padaku…maka adalah kewajibanku untuk mentrasfer segala pengetahuan yang kumiliki…


Ya Rabb…berikanlah hamba kemampuan & keikhlasan untuk itu…
Aku g ingin wanita dianiaya….aku ingin wanita setara dg laki2 sesuai kodratnya….enak saja, mereka udah nyuruh istri kerja, tapi mereka tetep aja memperlakukan mereka sebagai pembantu!!!!
h……h…..hmmm….


Ya Allah…semoga Engkau menganugerahiku suami yang bias adil kepadaku…aku g ingin disanjung setiap hari…aku hanya ingin cintanya yg tulus…ia yang bias menerimaku apa adanya…ia yg bias memimpin aku..yang bias meredam segala amarahku…aku bukanlah wanita feminism…aku muslimah…

Tapi apa salah…Allah telah menganugerahiku kemampuan yang lebih…hati yang telah terbiasa keras dan mandiri…aku tidak ingin bersandar sepenuhnya kepada suami…tapi aku ingin selalu ta’dzim kepadanya…aku ingin ia bias memahami kebiasaannku…


Aku bukanlah muslimah yang tercipta dg penuh kelembutan….aku sudah terbiasa dg survive dg kondisi yg seadanya…aku selalu bertanya kenapa begini kenapa begitu…aku yang selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan2 dalam hatiku….aku yang tak mudah menerima komando..aku yang cenderung mengatur orang lain…itulah aku….

Wah…kasihan juga ya suamiku nanti….
Tapi tenang kok..he..he….aku bukan serigala…aku hanya burung merpati yang ingin bebas..terbang jauh namun tetap Nampak cantik…indah…..yang ia mudah untuk kembali ke sarangnya…
Aku hanya ingin menjadi seorang Ummi & Murabbi….Ummi bagi anak2 ku…ummi yang bias memberikan 100% kasih sayangnya kepada sang zurriyah…menyusuinya secara maksimal..mendampingi dan menjaga setiap saat…mengarahkannya menjadi anak yg cerdas & mandiri…
Namun, aku juga ingin menjadi Murabbi bagi kaumku….muslimah….
Aku juga ingin menjadi seorang entrepreneur
Menjadi sorang Murabbi bagi para pejuang2 ekonomi Islam!!!
Allahhu Akbar!!!

Akankah Engkau bosan dengan bujuk rayuku???

Bismillahirrahmanirrahim,

Allahu rahman. Allahu rahim. Allah yang menggenggam jagad raya. Allah yang memiliki kerajaan baik di langit maupun di bumi. Allah yang menghidupkan dari yang mati. Allah yang mematikan dari yang hidup. Allah yang menentukan nasib hamba-hamba-Nya. Allah yang Maha membolak balikkan hati. Allah yang hanya kepada-Nya lah hati ini tertaut.
Allah selalu cinta pada hamba2-Nya, termasuk aku. Cinta-Nya tak perlu siragukan lagi. Sungguh tulus dan tanpa pamrih. Dia tak pernah menagih padaku agar aku berkata cinta pada-Nya. Meskipun aku bertolak dari-Nya. Tapi Dia tetap mencintaiku.
Alangkah sombongnya manusia jika hatinya tak sedikitpun terketuk akan ketulusan cinta dari-Nya. Ya Allah..itulah yang kurasakan saat ini. Lihatlah!!! Betapa angkuhnya aku. Aku seringkali minta tambah dan tambah akan nikmat yang Kau beri. Rasanya hati ini tak pernah puas dengan kemudahan dan kasih sayang dari-Mu.
Sering pula ku balas cinta-Mu dengan tingkah yang justru semakin membuat-Mu cemburu. Tak jarang atau bahkan sering ku menduakan cinta-Mu. Pada dunia yang fana ini ku sering terlena. Lupa!! Lupa, bahwa akan ada waktu dimana Engkau memanggilku. Lupa bahwa akan ada tempat dimana Engkau menagih semua janji cinta yang pernah kuucapkan. Aku terlena dengan banyaknnya godaan dunia.

Ya Allah...
Sudah berapa kali ku duakan cinta-Mu. Satu? Dua? Tiga? Empat? Aku rasa tidak. Kurang itu... sudah banyak aku menduakan-Mu dengan cinta2 semu. Tatkala ku tersadar aku telah mendustaimu. Ku merajuk, merayu-Mu kembali agar tetap setia kepadaku. Ah betapa bodohnya aku, tanpa ku mintapun, Dia selalu setia menyayangiku.
Akankah Engkau bosan dengan segala bujuk rayuku? Akankah Engkau berpaling dariku? Sesungguhnya aku sangat mencintai-Mu. Tunjukkan bagaimana caranya agar aku selalu istikhomah mencintai-Mu. Tunjukkan caranya agar aku tak lagi terjebak dalam cinta nafsu dunia.
Hukum aku Ya Rabb. Hukumlah aku sekarang... dahulu, aku berjanji tuk setia pada-Mu dalam keadaan yang suci. Ku ingiiiin jika nnati masa itu tiba. Masa dimana kita kan bertemu di babak baru fase kehidupan. Aku ingin bertemu dalam keadaan yang suci, yang cantik, ku ingin berpenampilan paling baik di hadapan-Mu. Ku tak ingin membuat-Mu kecewa.
Sejak kecil, ku merasa kegagalan tak pernah menghampiriku. Hampir semua yang kurencanakan berhasil ya!!! Selalu tepat!!! Dan menurutku itu hanya perlu usaha kecil untuk meraihnya. Tak pernah kudapati ranking 2 selama ku ada di bangku sekolah dasar. Ranking yang perfect sellau kudapat. Hadiah buku sinar dunia sebanyak 5 biji sellau kudapat setiap ada panggung kenaikan kelas. Ku selalu membuat ibuku bangga ketika bercerita ke pembeli2 sayur dagangannya. Ku selalu membuat Bapak tersenyum ketika ditanya teman2 sesama kuli panggul pasir. Aku selalu disorot banyak orang. Dijadikan contoh bagi orang tua dalam mengajarkan betapa pentingnya pendidikan.
Kesuksesan itupun berlangsung hingga ku di bangku sekolah menengah. Sekali lagi itu hanya dengan usaha yang tak begitu besar. Ku bisa meraih ranking hampir perfect. Tanpa belajar rajin ku bisa meraih juara 3 pararel ketika lulus. Sungguh luar biasa!!!

Di bangku SMA pun ku meraih prestasi yang sama. Aku dipandang sebagai pakar matematika dan kimia. Olimpiade2 antar pelajar sering ku ikuti. Semua itu membuat orang2 di dekatku bangga. Oh. Indahnya hidupku. Aku punya banyak teman. Merasa selalu menyanjungku...
Tapi aku ternya lupa dengan satu hal. Aku lupa bahwa segala kesuksesan itu adalah berkat cinta Allah. Dia yang selalu mensuport aku. Tak henti2 nya dia memfasilitasiku. Ku tetap diberikan-Nya badan yang lengkap, yang tak sakit2an, oksigen2 masih lancar mengalir di setiap saluran darahku.
Kala itu, ku mulai menduakan cinta-Nya dengan sesuatu yang fana. Berapa kali? Sering? Aku tak pernah acuh dengan kekasihku yang sellau setia. Aku tak menghiraukan-Nya 100%. Cintaku terbagi dengan yang lain.
Namun, sungguh Engkau Maha Penyabar. Kau biarkan aku dengan tingkah bejatku. Ku gunakan pengetahuan agamaku sebagai tameng. Ku gunakan kemmapuan tilawahku sebagi pembangkit hawa nafsu. Astagfirullah...betapa bejatnya aku!!! Ku gadaikan imanku. Kuhalalkan segala yang menurutku indah...kala itu...
Hingga waktu Kau mempertemukanku kembali. Dengan orang2 yang senantiasa menjaga cintanya pada-Mu. Ku tersadar betapa mereka sangat encintai-Mu. Mereka sangat takut kehilangn-Mu....


Di jalan tarbiyah ku baru merasakan akan cinta-Mu.

Ya Rabb...
Akankah Engkau masih menerimaku?
Akankah Engkau masih menyayangiku?
Aku tak ingin menghianati-Mu lagi.
Ku ingin cintaku kembali utuh pada-Mu.
Ku ingin semakin dekat dengan-Mu.
Mudahkanlah jalanku untuk semakin mencintai-Mu
Ku tahu...
Tak mudah bagi seorang pendusta sepertiku
Kembali menemukan jalan yang terang untuk bermahabbah pada-Mu
Ku tahu..
Tak gampang orang lain menerima kehadiranku
Aku tidaklah sebaik seperti yang mereka pikirkan
Aku masih berusaha mencari jalan
Dari luar, mungkin orang mengaharpkan lebih dariku
Tapi sungguh
Aku masih mencari jalan kebenaran
Ku masih meraba jalan itu
Allah selalu menguji cintaku
Ia hadirkan makhluk yang menggoyahkan cintaku pada-Nya
Aku sudah tak sanggup lagi
Aku ingin berhenti dari perjalanan cinta yang fana
Ijinkan aku mencintai-Mu dengan jalan yang benar
Jagalah aku dengan sebaik2 penjagaan
Ijinkan aku Ya Rabb
Segerakanlah masa itu
Jadikanlah aku sebagai hamba yang sabar
Sabar dalam menjalani ujian terberat ini
Semoga masa berbuka itu
Akan segera tiba
Wallahu’alam bissowab
Semoga Engkau mengakublkan harapku ini


Amiin