SEBAGAI MUSLIM, HARUSKAH KITA BERBISNIS? (2)
”Jika Anda memang benar-benar ingin menggerakkan roda perekonomian di negeri ini, maka tidak ada indikator yang paling kuat selain mengembalikan setiap orang untuk kembali bekerja”
Begitulah kira-kira pernyataan dari salah seorang ahli ekonomi di Malaysia, Prof. Ahamed Kameel Mydin Meera dalam sebuah perkuliahan di International Islamic University Malaysia. Kalimat pamungkas dari penjelasan panjang lebar mengenai begitu kompleksnya kebijakan yang diambil oleh para pakar ekonomi.
Hmmm...jadi teringat dengan kondisi negeriku tercinta. Lihat saja, tingkat pengangguran di Indonesia masih bertahan dalam kisaran angka 8% dalam satu dekade terakhir.
Beragam kebijakan yang ditempuh, baik fiskal maupun moneter akan menjadi kurang berarti dalam mendongkrak sektor riil jika tidak ada mesin yang bisa digerakkan. Kedua alat pelumas itu hanya akan menjadi kebijakan yang menyentuh langit-langit saja dan terlampau susah untuk menjangkau bagian yang paling bawah, yakni kemajuan rakyat kecil.
Lalu, sebenarnya apa sih yang nampak berperan penting dalam memajukan derajat penduduk Indonesia, terlebih untuk lepas dari jeratan kemiskinan yang masih melanda? Dalam hal ini, Sandiaga Uno, wakil pimpinan KADIN menegaskan bahwa sektor industri kecil dan menengah (UKM) lah yang berperan penting dalam mengurangi pengangguran dan angka kemiskinan di negeri yang berpenduduk sekitar 200 juta jiwa ini. Paling tidak, dari 200 juta jiwa tersebut, Indonesia memerlukan sekitar 4,4 juta atau sekitar 2,2% dari total penduduk untuk menjadi seorang entrepreneur demi meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi di 2010. Padahal, di akhir 2009 jumlah para pebisnis ini hanya sekitar 0,18% dari total populasi.
Nah, dari angka-angka tersebut tentunya kita bisa melihat bahwa jumlah entrepreneur di Indonesia masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Hal ini tentunya menjadi cambuk buat kita, umat Islam, terlebih hampir 80% penduduk Indonesia adalah Muslim.
Lalu, apakah kita hanya bisa melihat dan membincangkan kondisi ini terus menerus? Apakah kita bangga dengan ‘prestasi’ seperti ini? Tentu saja dan saya sangat yakin bahwa Anda sekalian pasti berkata “TIDAK”.
Ya…at least ketika saat ini Anda sudah merasa kaya, maka yang lebih dipikirkan adalah bagaimana kita bisa membantu mengangkat derajat orang lain. Padahal jelas dalam hadist bahwa menolong saudara kita yang terhimpit masalah dunia adalah sangat utama.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang membebeaskan seorang mu'min dari himpitan kehidupan di dunia, maka Allah akan membebaskannya kelak dari himpitan di hari akhir. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pun akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba, selagi hamba tersebut selalu menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang membebeaskan seorang mu'min dari himpitan kehidupan di dunia, maka Allah akan membebaskannya kelak dari himpitan di hari akhir. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pun akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba, selagi hamba tersebut selalu menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Lalu, apakah kita hanya mau memberi mereka sedekah? Tentu saja tidak, itu bukan menolong namanya…tapi itu lebih membuat si miskin asyik dengan kemiskinannya.
Tidakkah kita senang jika dari tangan kita orang lain bisa mencari beragam keberkahan? Dari bisnis sekecil apapun yang kira rilis bisa jadi akan melahirkan banyak kabilah-kabilah dagang yang lain dan yang perlu kita ingat bahwa bisnis itu adalah paling utama seperti yang diungkapkan Rasulullah saw:
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ بَيْعٌ مَبْرُورٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ (رواه أحمد)
Dari Hani' bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, 'Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua tangannya." (HR. Ahmad)
Dari Hani' bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, 'Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua tangannya." (HR. Ahmad)
Sementara itu, bagi Anda yang saat ini masih merasa dari bagian yang terhimpit dalam masalah dunia, bisnis bisa menjadi solusi atas problematika yang Anda hadapi. Yakinlah jika Anda optimis, jalan itu pasti ada. Karena sungguh, Allah SAW sangat dekat dengan prasangka hambanya, seperti yang Ia janjikan dalam surat.....
Nah, begitulah saudaraku bagaimana pentingnya menjalankan suatu bisnis itu. Jika kita yakin bahwa bisnis adalah suatu kebenaran, maka jangan ragu untuk melangkah. Cita-cita untuk menjadi seorang pebisnis yang jujur dan amanah harus melekat dalam kepribadian setiap Muslim. Dan semoga amalan inilah yang bisa menjadi salah satu jalan buat kita untuk bertemu dengan Rasulullah saw, para nabi, shiddiqin dan syuhada di surga kelak. Amiin....
By Shochrul Rohmatul Ajija
By Shochrul Rohmatul Ajija
No comments:
Post a Comment