Saturday, June 18, 2011

Muhasabah Muslimah




Ukhti… tertutupnya tubuhmu Tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manismu.



Ukhti… Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat.



Copas dari postingan FB kawan..

Friday, June 17, 2011

Beasiswa yang tertunda





Pagi yang begitu menawan. Bulir bulir embun masih terasa sambutannya yang lembut. Kunikmati anugerah Sang Maha Penguasa, Sang Maha Penentu nasib hamba-hamba-Nya.

Aku hanya bisa tersenyum dan sedikit menuangkan air kesedihan. Tak bisa kutampahkan semuanya karena aku tau tak layak bagiku untuk membubazirkan segala hasil Maha Karya-Nya.

Harapan untuk menggapai beasiswa kembali pupus. Entah kenapa, dari S1 aku tak pernah sekalipun lolos beasiswa yang aku dambakan. Aku bahkan sering merasa iri ketika melihat teman-temanku yang hebat bisa meraih beasiswa yang ia harap. Tak hanya satu beassiwa yang mereka kantongi, bahkan lebih dari itu.

Aku tak tau, mungkin itu adalah rizeki yang Allah turahkan untuk mereka. Allah memberi mereka kemudahan untuk mendapatkan itu semua.

Sementara aku, tak satupun beasiswa kudapat. Hanya beasiswa sendiri, beasiswa yang kukais dari bulir-bulir perjuangan. Kubuka berbagai macam bisnis demi menempuh jenjang studiku.

Astagfirullahaladzim…
Kenapa aku menjadi lemah seperti ini?

Harusnya aku bersyukur karena Allah sangat menyayangiku
Bukankah sudah lebih dari cukup bagi seorang anak penambang pasir & penjual sayur keliling seperti aku bisa merasakan dunia Master of Economics. Bukankah sudah cukup bagimu Allah telah member waktu untuk bertemu dengan para ahli ilmu? Bukankah sudah cukup bagimu duduk bersama orang-orang itu, duduk dan membincangkan ilmu yang begitu kau cintai? Bukankah sudah cukup kau merasakan nikmatnya dunia akademisi, sementara banyak dari temanmu yang tidak merasakannya meski mereka dari golongan orang berada?




Jangan pernah merasa tidak adil.
Allah sungguh Maha Adil
Allah tidak buta
Allah tidak tuli
Allah tidak bodoh
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik buatmua
Sabar…
Sabar hai jiwa kerdil
Karena hanya dengan sabar yang diikuti keikhlasan, kamu akan menang.

Bukankah kamu sendiri yang selalu bilang di hadapan para mutarabimu
Sukses itu relative
Sukses itu bukan harta & kesenangan duniawi
Sukses itu bukan dengan banyaknya gelar yang kita sandang
Sukses itu bukan dengan banyaknya penghargaan manusia yang kau koleksi
Bukan…
Bukan itu semua

Bukankah kau telah membuat parameter2 kesuksesanmu sendiri
Bukankah kau telah cukup senang ketika Allah telah membawamu kembali ke dunia dakwah
Bukankah kau telah cukup senang ketika Allah menyelamatkan kamu dari bahaya dunia pemuda
Bukankah kau telah cukup senang ketika kamu tau bahwa Allah sungguh mmencintaimu

Jangan cengeng hai jiwa pengecut
Jangan bersedih ketika kamu dihardik manusia
Jangan bersedih ketika yang menolak kamu itu adalah makhluk
Jangan bersedih kawan
Bersedihlah ketika Allah membiarkan kamu sendiri
Sendiri dengan kesenanganmu

Emmm
Aku jadi teringat dengan ucap salah seorang kawan
“aku melihat kamu ini selalu menderita”
“lalu kapan aku melihatmu bahagia?”



Dalam hati kecilku berkata
“sungguh, saat ini aku sangat bahagia”
“lagipula, dunia ini bukanlah tempat untuk berbahagia”
“dunia ini tempat kita diuji, ujian yang tiada henti”
“lalu kapan kita harus berbahagia?”
“ya, ketika kita sudah lulus semua ujian itu?”
“lalu kapan masa itu tiba?”
“ketika malaikat maut menjemput dalam masa sujudmu”

---)|(---

Tuesday, June 14, 2011

Pentingnya Konsisten Dalam Bisnis

Noor Shodiq Askandar (Direktur Lembaga Manajemen Unisma)

Ada dua hal yang sering terjadi dalam bisnis yang dilakukan oleh pemula. Pertama, berpikir instan atas usaha yang dikelolanya “sukses dalam waktu sesingkat-singkatnya”. Bahkan bila perlu dengan melakukan berbagai cara. Akibatnya, hanya kesuksesan sesaat yang diperoleh dan kemudian usaha berakhir dengan tragis.

Mereka tidak memperhitungkan faktor risiko, membuat pembiayaan promosi yang terlalu besar karena keinginan cepat dikenal, sehingga alokasi dananya menjadi tidak seimbang dengan kebutuhan pengelolaan perusahaan yang lain.

Problem yang kedua, berhenti menjadi pebisnis karena usaha yang dijalankan tidak segera memberikan penghasilan. Atas kejadian ini, kemudian muncul perasaan putus asa, merasa usahanya tidak cocok, tidak berbakat dalam bisnis dan berbagai alasan lain. Selanjutnya mengambil keputusan “tragis” berhenti jadi pengusaha.

Di sinilah pentingnya seorang pengusaha menjaga konsistensi bisnis. Bahwa apa yang dilakukan perlu proses panjang. Berdasar salah satu hasil penelitian, di Indonesia hanya sekitar 40 persen pengusaha yang mampu menjalankan usahanya lebih dari empat tahun, dan hanya 20 persen yang kuat bertahan lebih dari enam tahun. Kenapa demikian?

Pertama, niat menjalankan bisnis sebagai upaya coba-coba. Ini kebanyakan dilakukan pemula bisnis. Ketika usahanya tidak mampu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, langsung ditutup dan bukannya melakukan evaluasi, mencari cara lain untuk bertahan hidup.

Kedua, bisnis dianggap sebagai usaha sampingan. Belum banyak orang yang mencoba menjadi pengusaha di Indonesia, kemudian menjadikannya sebagai pilihan utama. Kebanyakan ingin bermain aman, yakni menjadi pegawai juga mengembangkan usaha. Akibatnya mereka tidak fokus dan tidak menangani usaha dengan sepenuh hati.

Ketiga, kegagalan seringkali tidak dijadikan pelajaran untuk berubah menjadi lebih baik, akan tetapi sebagai peringatan untuk berhenti. Banyak orang merasa kalau gagal berarti tidak cocok. Padahal kalau dievaluasi banyak faktor yang menyebabkan kegagalan.

Agama mengajarkan bahwa setiap orang sudah ditentukan tingkat kegagalan dan keberhasilannya. Prinsip yang harus ditanamkan : Gagal satu kali dalam bisnis berarti menemukan setidaknya satu cara untuk menghindarinya dan lebih dari satu cara untuk berhasil. Bagaimana dengan Anda?

---)|(---

Saturday, June 11, 2011

Modal Usaha Kita

Mengatur Penggunaan Modal Usaha

By: Noor Shodiq Askandar (Direktur Lembaga Manajemen Unisma)


Banyak orang punya modal usaha besar, tetapi tidak berhasil mengelola bisnis secara baik dan akhirnya gulung tikar. Pun sebaliknya. Kenapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah ketidaktepatan mengalokasikan modal usaha, sehingga terjadi kesalahan prioritas penggunaannya.

Beberapa pebisnis mengungkapkan, ada empat alokasi modal yang perlu mendapat perhatian agar usaha dapat berjalan dengan lebih baik.

Pertama, penggunaan modal untuk kepentingan organisasi usaha. Alokasi pada poin ini penting, terutama untuk usaha yang baru dimulai, tetapi juga tidak boleh diremehkan bagi usaha yang sudah berjalan. Misal pengurusan izin usaha, pemrosesan badan hukum baik di notaris maupun di Depkumham, biaya administrasi usaha dan lain sebagainya.

Kedua, alokasi untuk investasi aset tetap usaha. Pada item ini, seringkali pengusaha, terutama pemula dan pengusaha tradisional tidak tepat mengalokasikannya. Investasi untuk ini diperbesar dan tanpa terasa mengabaikan yang lain. Akibatnya ketika membutuhkan pendanaan, pengusaha mengalami kesulitan karena sudah terlalu banyak yang terserap pada aset tetap. Banyak orang membangun toko sangat baik dengan investasi yang besar, tetapi lupa ketika toko harus diisi dengan barang dagangan.

Ketiga, penetapan modal kerja yang akan digunakan dalam usaha, agar segera dapat dioperasionalkan. Alokasi ini penting, untuk dapat menggerakkan dan mendinamisasi roda usaha sehari-hari. Modal kerja yang terlalu kecil ditanamkan akan membuat usaha sulit berjalan normal, begitu juga jika terlalu besar akan menjadikan usaha kurang lincah. Di sinilah perlunya pengusaha menetapkan alokasi yang tepat agar tidak mengalami masalah di tengah jalan. Pengalaman pada bulan atau tahun sebelumnya, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan item ini.

Keempat, pengusaha juga perlu memasukkan faktor yang tidak terduga dan risiko yang mungkin terjadi dalam pengalokasian modal. Situasi dan kondisi ekonomi yang tidak pasti di masa yang akan datang harus dapat diantisipasi seorang pengusaha. Sebab, bisa jadi tiba-tiba karena ketidaksetabilan ekonomi terjadi risiko yang tak terduga, usahapun akan tergulung karena kalah persaingan di pasar.

Akhirnya, agar dapat sukses dan berjangka panjang dalam usaha, pandai-pandailah mengalokasikan modal dalam setiap keputusan investasi bisnis. Bagaimana dengan Anda?

---)|(---



Wednesday, June 8, 2011

Malaysia

Ada Apa di MALAYSIA?


Negara persekutuan ini menjadi tempat pilihanku untuk menuntut ilmu Ekonomi Islam. Banyak orang menyebut “Maling Sia”, yang artinya “pencuri Indonesia”. Ironis memang, kata-kata tidak sedap ini harus terlontar dari negeri tetangga yang sesame muslim.

Tidak bisa dipungkiri, memang ini adalah luapan dari masyarakat Indonesia yang geram terhadap tindakan Malaysia. Termasuk jatuhnya Ambalat ke tangan Malaysia, padahal daerah itu sudah resmi menjadi bagian wilayah Indonesia. Termasuk juga beragam konflik yang timbul antara dua Negara ini, seperti penganiayaan TKI, pengklaiman warisan budaya seperti angklung & reog.

Namun, terlepas dari itu semua, entah kenapa hati kecilku tetap mantap untuk mengambil master ke negeri jiran ini. Yang menjadi alas an terkuatku adalah di sini banyak saudara sesama Muslim. Aku yakin, di sini aku akan menjumpai banyak Muslim yang baik seperti halnya ketika aku di Indonesia. Persaudaraan yang paling kuat adalah persaudaraan yang dijalin karena ikatan akidah. Itulah peganganku.


Alhasil, aku terdampar di IIUM (International Islamic University Malaysia), ato biasa disebut dengan UIA (University Islam Antarabangsa). IIUM ini unik. Dari namanya aja kita bisa tau kalo student maupun lecturer-nya dari berbagai Negara. Aku merasakan indahnya ukhuwah karena akidah. Banyak kudengar cerita tentang masuknya sahabat2 ke Islam, lalu mereka menempuh studi di IIUM untuk lebih mendalami Islam. Ada juga teman-teman asli Palestina, yang memang di”usir” keluarganya, agar mereka tetap bisa mempertahankan generasi Palestin.

Lalu, apa aja yang ada di Malaysia?
Emmmm…
Menarik…
Tapi karena student (alasan klasik masalah keuangan.com), aku g banyak muter2 Malaysia. Paling-paling yang aku tau ya Genting highland, KLCC, Masjid Jamek, Pasar Seni, Taman Pertanian Four Season, Johor Baharu, de el el. (lupaa…)



Nah, yang belum ada di Indonesia adalah LRT/monorail yang begitu rapid an teratur. Nyaman banget untuk keliling2 Kuala Lumpur. Cocok bagi kantong mahasiswa….qiqiiqq…

Apalagi ya, yg g ada di Indonesia…
Of course KLCC yak…twin tower/petronas, the tallest twin tower in the world. Pertama kali yang dikunjungi waktu sampek sini, ya di Petronas ini.

Terus apalagi ya..
Oiya, tempat air minum yang langsung sembur. Emmm…seger, airnya dingin..
Kalo di Mahalah, kami punya water cooler. Tapi ya gitu, sangsi dengan kehegiensian airnya. Cuman, kalo di tempat2 wisata, biasanya sih airnya lumayan bagus.
   



---)|(---

Chicken Chop

CHICKEN CHOP



Kenapa ya dinamakan chicken chop?

Terus terang, aku baru menemukan makanan kayak gini di IIUM. Chicken chop yang paling enak yang pernah kurasakan ya..chicken chop Hafsa. Enaknya kalo dimakan anget-anget. Kalo udah dingin agak eneg.

Kentang goreng, kol & wortel iris, mayones, black paper & saos adalah menu pelengkap chicken chop. Cukup dengan rm5, kalian bisa menyantap hidangan ini.

Cuman, jangan terlalu sering makan chicken chop ya kawan…
Apalagi yang punya masalah berat badan kayak aq…heheheh
Kalo untuk sekedar coba sih gpp

Selamat mencoba…

---)|(---
RAINBOW AT UIA




Meski tak sempat menyaksikan secara langsung, namun nampaknya suasana hari itu begitu menyenangkan. Kalo g salah sih sekitar pertengahan 2010, satu hari sebelum aq balik dari Surabaya.

Rainbow at UIA.



Mungkin ini judul yang tepat untuk mengungkapkan keindahan ini. Saat itu, kami harus pindah ke Mahalah Amenah karena Mahalah tercinta kami, Hafsa, tengah under painting.

Jadi teringat masa-masa pindahan dari Hafsa ke Amenah. Berapa ronde?? Hihihi…
Pemecah rekor paling banyak barangnya adalah sister communication dari tanah Minang, sementara peraih penghargaan yang paling sedikit barangnya adalah cik education tanah Rencong. Hehehehe…

Masa-masa di UIA yang tak akan terlupakan. UIA menorehkan beragam pembelajaran dalam hidupku.

Hidup tidak selalu mulus seperti apa yang kita sangka. Usaha keras bukanlah semata-mata menjadi kunci sebuah kesuksesan. Tapi lebih dari itu, ternyata izin Allah adalah yang paling utama.
Manusia sering merasa angkuh & mengklaim bahwa dirinyalah yang berkuasa. Jadi inget tausiah dari Dr. Mustafa Umar: jika kamu memanah, sebenarnya yang memanah itu bukan kamu. Tapi tangan-tangan Allah.



Jadi, intinya, apapun yang terajadi dalam kehidupan kita, prestasi-prestasi yang kita ukir, sebenarnya itu bukanlah absolutely hasil kreasi kita. Tapi sungguh, itu terjadi karena izin Allah.
Jika manusia menyadari hal ini, maka manusia itu akan malu untuk mengakui bahwa dirinya hebat. Sungguh, manusia itu tiada apa-apanya. Allah lah Maha Pemegang kerajaan baik di langit & di bumi.

---)|(---

Monday, June 6, 2011

Botok Tempe



Enak-enak revisi thesis, q inget botok tempe emakku…”Mak Sukamah”
Botok tempe dengan paduan pete jawa (yang kecil-kecil & ceplus ceplus makannya…hemmm & yg paling penting aman dari bau tak sedap..)
Ditambah ebi ato udang kecil
Terus parutan kelapa dari pohon di kebun belakang
Makan di siang bolong, nasi anget-anget
MasyaAllah
Nyummmmyyy
Uenakkk tenan rekkkk
Searching searching, untung koneksi iium community lagi asoi…
Ney resepnya:

Ingredients:
500 gr tempe potong serong kecil2
200 gr udang kupas
100 gr ikan teri
100 gr pete potong kecil2
450 gr (16 oz) kelapa parut
8 bh cabe hijau potong serong
1 bt sereh potong serong
50 ml minyak bekas goreng
Daun untuk membungkus
Lidi / tusuk gigi untuk menyemat

Bahan yang dihaluskan / diblend :
2 1/2 sdm cabe (sambel) oelek
5 bh bawang merah
4 siung bawang putih
1 sdt kencur
1/2 sdt terasi matang
2 sdt gula pasir
1 1/2 sdt garam
1 bh tomat
5 lbr daun jeruk purut

Directions:
Campur semua bahan dan bumbu, aduk sampai semua tercampur rata.
Bagi adonan menjadi 10 - 12 bagian, masing2 bungkus dengan daun pisang, lakukan seperti membungkus gado2 lalu semat dengan lidi.
Kukus selama 30 s/d 45 menit. Angkat. Botok tempe siap dihidangkan.

Belajar Menjadi Orang Tua

"Pelajari Permasalahan juga Cara Mengatasi Perkembangan dan Pendidikan Putera/Puteri Kita Sejak Dini, Sudahkah ayah/bunda Melakukannya"

Psikologi Parenting, Gaya Orangtua Mendidik Anak


Silahkan membaca prakata dari saya berikut ini, penting bagi kita untuk menyadarinya..Bagaimana ayah/bunda menerapkan pola asuh dan bagaimana ayah/bunda mendidik anak ayah/bunda? Jangan sampai kita salah dalam mendidik anak...

Memiliki seorang anak adalah suatu peristiwa yang bukan saja menyenangkan bagi seorang individu di dunia ini, melainkan juga merupakan peristiwa yang pasti akan merubah keadaan bagi mereka yang mengalaminya. Majalah Healthscoutnews telah mengungkap betapa besarnya peristiwa kelahiran seorang anak yang digambarkan sebagai sebuah peristiwa jatuhnya bintang kebahagiaan bagi keluarga yang mendapatkannya.

Seorang ibu telah mempersiapkan segalanya selama sembilan bulan sepuluh hari untuk proses penantian kedatangannya. “Kelahiran seorang anak ternyata akan membawa malapetaka sekaligus kebahagiaan” demikian kata Thimoty Galman dalam sebuah seminarnya. Psikolog dari Ukraina Utara ini telah sengaja menyebut malapetaka dengan kebahagiaan sebagai sesuatu yang datang bersamaan dalam kehidupan keluarga, di mana sang anak telah dilahirkan.


Sejak kelahirannya di dunia, orang tua telah memberikan sebuah benang harapan (yang tentu saja sangat subjektif dan berdasarkan keinginan individual orang tuanya). Benang harapan tersebut akan terus membubung tinggi sejalan dengan obsesi orang tuanya.

Bahkan tidak jarang orang tua yang sudah memfonis anaknya bakal jadi presiden ketika anaknya dibawa pulang dari rumah sakit bersalin. Hal ini akan menunjukkan betapa obsesivitas orang tua akan selalu terbawa bersama kebahagiaannya ketika mereka mendapatkan anak mereka yang baru

Tetapi ketika anak tersebut mulai besar, tak ubahnya sebuah kerupuk yang kena air. Obsesi mereka makin lama makin melempem. Semakin lama harapan mereka semakin sirna,di mana pada saat yang sama kenakalan demi kenakalan nampak pada anak-anak mereka. Mereka mulai menyadari betapa tidak semudah yang mereka duga sebelumnya, bahwa obsesinya tidak akan mudah terlaksana.

Psikologi Perkembangan Anak dan Permasalahannya


Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yakni:
1.        Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2.        Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3.        Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4.        Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda

Keempat masalah di atas sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan antara anak dan orang tuanya. Walaupun keduanya menyadari bahwa mereka memiliki masalah, namun tampaknya mereka (baik orang tua maupun anak) cenderung untuk saling mempertahankan hak-hak mereka , dan bukan mempertahankan kewajiban mereka.

Orang tua dan Permasalahannya

Orang dewasa pada dasarnya memiliki problem yang sama berkaitan dengan hubungan mereka dengan putra/putrinya yakni:
1.      Unexperience syndrome, karena mereka baru benar-benar belajar menangani seorang anak justru pada saat mereka benar-benar memiliki anak.
2.      Unexpected Action, Orang dewasa lebih sering melakukan tindakan-tindakan yang secara tidak sadar sebenarnya bertentangan dengan keinginan yang sebenarnya.
3.      Accidental crime, Orang dewasa lebih sering melakukan tindakan yang diluar batas kemanusiaan justru pada saat ia melihat anaknya memerlukan bantuannya.


Kondisi seperti inilah yang kemudian oleh Sally North disebut sebagai sebuah "kebingungan alamiah" (Natural Crowded). Kebingungan alamiah inilah yang kemudian akan menjadi sumber "malapetaka"menurut Thymoty Galman.


 "Banyak orang tua yang merasa khawatir kalau anaknya akan terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya yang penuh dengan kesukaran dan bahaya, serta hal-hal yang kotor. Mereka menahan anak-anaknya supaya di rumah saja tidak boleh bermain atau bergaul dengan anak-anak lain."

Natural Crowded dan Manipulasi

Kebingungan alamiah telah membuat orang tua serba salah dalam mengelola putra/putrinya. Ketika mereka bermaksud untuk melindunginya, orang dewasa memiliki kecenderungan untuk melakukan manuver-manuver yang justru membuat putra/putrinya menjadi sangat tidak aman dan semakin membutuhkan perlindungan atau dengan kata lain tidak dapat mandiri.

Perlu dicatat bahwa hubungan antara orang tua dengan anak sangatlah vertikal. Dalam konteks ini orang dewasa akan menjadi sebuah basis kekuasaan yang tentu akan memunculkan hak kekuasaan yang tiada batasnya terhadap anak-anak mereka.

Di negara-negara maju hubungan antara orang tua dengan anak menjadi benar-benar horisontal sejalan dengan usia anak tersebut menjadi dewasa (16 sampai 17 tahun). Di negara-negara Asia sampai pada usia 22-25 tahun. Di Indonesia rata-rata hubungan horisontal baru dimulai pada individu saat ia berusia 32 tahun.

Hubungan vertikal ini akan menyebabkan terjadinya pola bentuk kekuasaan antara orang dewasa dengan anak pada khususnya. Manipulasi akan sering terjadi manakala hubungan yang terjadi menjadi begitu tidak harmonis. Manipulasi akan dilakukan oleh orang dewasa untuk mengantisipasi kebingungannya dalam mengelola anak-anak mereka.

Manipulasi dalam konteks diatas dapat dikonotasikan dengan sebuah usaha untuk melakukan sesuatu hanya dengan satu tujuan yakni untuk kepentingan pelakunya dan tanpa mempedulikan kepentingan individu yang diperlakukannya.


Ketika orang dewasa melakukan manipulasi, maka ia akan menggunakan dan atau mengendalikan, dan mengembangkan serta memakai cara-cara tertentu untuk kepentingannya secara subjektif tanpa melihat kepentingan subjek lainnya. Sangat disayangkan bahwa manipulasi selalu akan menimbulkan penderitaan bagi individu yang dimanipulir.